Selasa, 15 Juli 2014

Harga Waktu



Waktu. Tidakkah ia terdengar begitu familiar di telingamu? Abstrak. Aku bahkan sempat mempertanyakan eksistensinya. Seperti, seberapa berharganya waktu sampai-sampai beberapa makhluk homo sapiens, yang biasa kau sebut sebagai manusia, rela melakukan apapun untuk memilikinya? Seberapa tidak berharganya ia sampai-sampai beberapa lainnya menempatkan ia di tepi penopang nafas lantas mengacuhkannya? Ironis.

Waktu. Tidakkah ia terdengar begitu kejam di telingamu? Barbar. Aku bahkan mempertanyakan kekekalannya. Seperti, mengapa waktu kerap kali menyambutmu dalam segala kehangatan selamat datang lalu seketika diganti dengan tatapan sebuah penghabisan yang kian menggelitik? Mengapa waktu membiarkanmu menikmati pucuk keriaannya, sedang di kemudian masa ia menguning? Mati.

Waktu. Tidakkah ia terdengar begitu lancang di telingamu? Brengsek. Aku bahkan mempertanyakan kesepadanannya. Seperti, mengapa membiarkan diri direngkuh peluh selama dua ribu jam demi beberapa jam meresap secangkir tawa? Seberapa banyak apresiasi bisa kau terima dalam kotak yang tak ada isinya? Menggelikan.

Jangan hargai dirimu, sayang, jika kau tidak bisa melakukan itu pada waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar